Medan BNN – Kesan Humoris membuat kita merasa nyaman. Berbincang dengan sosok lelaki bertubuh jangkung itu memang sangat menyenangkan. Tak terasa sudah lima jam kami ngobrol dengan AY Gea, sapaan akrab Pengajar Magister Hukum Universitas Panca Budi (UNPAB) itu.
Begitu kesan pertama saat awak media menyambangi Pendopo DR Ali Yusran GEA SH MKn MH di Jalan Bhakti Sel Gaverta, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) pada Jumat sore, 8 September 2023.
Kami tiba di Pendopo DR AY Gea sekira pukul 17.30 Wib. Begitu masuk areal perkarangan beliau sedang menerima tamu seorang wanita pencari keadilan.
“Sudah, kita pidanakan saja besok,”tegas DR AY Gea, yang berlatar seorang Advokat kepada klien-nya tersebut.
“Silahkan duduk abang-abang, ” kata beliau. Ia kemudian berjalan ke arah kami selaku awak media, diikuti wanita bertubuh agak gempal sembari mengatakan kepada DR AY Gea, untuk beranjak sila alias pulang.
Areal Pendopo begitu luas, kalau bagi masyarakat golongan kurang mampu. Namun bagi AY Gea biasa-biasa saja. Setiap hari, beliau menerima tamunya di sana. Mulai dari sahabat, teman, kolega dan kliennya.
Kesan bersih dan tertata rapi. Di halaman Pendopo juga tersusun meja dan kursi. Begitu juga di dalam Pendopo yang berpagar keliling tersebut. Dua wanita berhijab. Satu bertubuh kurus dan satunya gempal merupakan asisten DR AY Gea.
Keduanya terlihat sibuk. Satunya menyuguhkan kopi dan air putih serta gorengan. Satunya lagi sibuk merapikan dan menyiapkan berkas. “Apa kira-kira hajatan abang-abang datang kemari,” ujar AY Gea sembari langsung menyalami kami satu persatu.
Begitulah AY Gea memuliakan tamunya yang datang ke Pendopo. “Sekedar silaturahmi, karena silaturahmi menambah saudara dan memudahkan pintu rezeki, ” jawab kami sambil menanyakan apa niatan yang mendorong AY Gea melangkah ke Senayan.
Dengan senyum tipis, AY Gea mengaku tetap istiqomah memperjuangan penegakan hukum sehingga hukum tidak tumpul ke atas dan runcing kebawah. Terhadap jurnalis di Sumut yang kebebasan persnya terkesan dikebiri dan dikriminalisasi. Kesejahteraan-nya terenggut.
“Siapa lagi yang mau dan akan memperjuangan itu. Banyak sekali sudah kita lihat ketidak adilan itu. Masyarakat dan jurnalis saat ini di Sumut,” sindir AY Gea kepada para wakil rakyat, para penguasa dan yang berkuasa.
Hidup dari golongan kurang mampu membuat AY Gea paham dan miris apa yang dirasakan masyarakat Sumut, khususnya Kota Medan, Deli Serdang, Sergai dan Tebingtinggi saat ini. Apalagi persoalan hukum dan kesejahteraan yang begitu sangat-sangat riskan.
Kami berbincang dengan AY Gea di Pendopo hingga pukul 22.00 Wib, tidak terasa begitu cepat. Kadang kami serius. Kadang kami becanda. Gelak tawa dan suara lantang AY Gea cukup memecah areal Pendopo. Begitulah kami larut dengan AY Gea, yang kini bersandar di partai berlogo Bintang Mercy. (BOB /BNN04)
No comment